Setelah nyaris satu tahun, koloni T. carbonaria yang kami budidayakan dengan metode toping diputuskan untuk dipecah pada sebuah riset kecil komunitas kami. Selain jenis T. carbonaria, dua jenis lainnya juga dijadikan bahan riset yaitu T. laeviceps dan T. itama.
Jujur saja, ada kekhawatiran besar dipikiran kami, bagaimana kalau upaya tersebut gagal, resikonya sangat besar yaitu kehilangan beberapa koleksi penting di komunitas. T. carbonaria dan T. itama adalah koleksi penting yang jumlahnya pun sangat terbatas.
Namun demikian, demi kepentingan yang lebih besar hal tersebut harus dilakukan, tidak bijak rasanya apabila kita selalu mengambil koloni dari alam bebas walaupun hal tersebut bertujuan pelestarian. Dengan riset ini diharapkan adanya kemandirian peternak lebah trigona dalam memperbanyak koloni yang dibudidayakannya dari jenis tertentu tanpa harus susah payahblusukan ke dalam hutan.
T. Itama hasil pecahan [Dok. Komunitas 45] |
T. carbonaria dan T. laeviceps [Dok. Komunitas 45] |
Toping baru T. carbonaria [Dok. Komunitas 45] |
T. itama hasil pecahan [Dok. Komunitas 45] |
T. carbonaria hasil pecahan [Dok. Komunitas 45] |
Beberapa saat sebelum melakukan uji coba, beberapa orang dari kami masih ragu-ragu untuk melakukannya, begitu pula saya sendiri. Keraguan itu terlihat ketika tidak ada satu orang pun bersedia memegang alat untuk melakukan pembongkaran sarang toping. Karena tidak ada yang mau memulai terpaksa saya ambil gergaji, pahat dan golok untuk memulai ritual pembongkaran koloni.
Setelah satu koloni di bongkar, teman-teman komunitas pun akhirnya turun tangan ikut membantu saya, beberapa lembar telur kami masukan ke dalam kotak koloni serta menyimpan bagian penting penanda sarang ke dalamnya. Penanda ini sangat penting kedudukannya dalam memecah koloni. Ratu lebah trigona di biarkan berada di sarang toping (awal), sedang di kotak koloni dipisahkan tanpa ratu, namun diyakini ada calon ratu diantara sel-sel telur tersebut. Kelak koloni dalam sarang buatan ini akan memiliki ratu, mudah-mudahan ratu yang adil bijaksana dan bisa mensejahterakan rakyatnya, hehehe…
Selama beberapa jam setelah semua sampel koloni di pecah, seperti biasa kami melakukan pemantauan aktivitas lebah baik di media asalnya maupun di sarang buatan. Dari pemantauan itu ternyata jenis yang paling mudah beradaptasi adalah T. laeviceps dan yang paling sulit adalah T. carbonaria. Pemantauan ini dilanjutkan keesokan harinya, beberapa pekerja sibuk keluar masuk sarang untuk melakukan pembersihan sarang, membuang keluar larva yang mati dan benda-benda yang di anggap kotor oleh kawanan pekerja lebah trigona. koloni T. laeviceps tampak lebih aktif dibanding jenis lain, sedangkan jenis T. carbonaria lebih aktif melakukan pembersihannya pada hari kedua dan ketiga.
Satu minggu berselang, koloni uji coba sudah memperlihatkan kestabilan koloninya. Ini adalah saat yang membahagiakan karena semua jenis berhasil diperbanyak melalui upaya pemecahan koloni. Satu bulan ke depan adalah pemantauan akhir dari uji coba ini dan mudah-mudahan tetap stabil seperti hari ini.
Demikian sobat, semoga dapat dijadikan inspirasi buat Anda semua…
Sangat bermanfaat sekali
BalasHapusTerimakasih atas tulisannya.
Salam kenal saya peternak dari riau
BalasHapusBang Asep,sy sangat berminat utk ikut beternak Trigona ini,kebetulan sy berada di Pontianak. Salam kenal bang...
BalasHapusterima kasih ilmunya pak, sangat membantu. Semoga perlebahan Indonesia berkembang dan maju dengan ilmu bapak.
BalasHapus