Jumat, 23 Januari 2015

Keajaiban Propolis Lebah TRIGONA


Berbeda dengan lebah lainnya. Secara anatomi, ukuran lebah Trigona lebih kecil dibanding jenis lebah lainnya. Bahkan , dibanding lalat sekalipun.  Berikut ini beberapa kemudahan budidaya Trigona dibanding lebah lainnya.
 
Tidak perlu dipelihara
Budidaya lebah Trigona tidak sama dengan budidaya lebah Apis mellifera atau Apis cerana yang membutuhkan perhatian khusus dari pemiliknya. Apalagi , lebah Apis mellifera yang membutuhkan penanganan akstra. Dalam membudidayakan Trigona , anda hanya menyediakan tempat berteduhnya, yaitu berupa sarang sederhan. Sarang bisa berupa satu ruas bamboo yang dibelah dua, kotak kayu sederhana, atau silinder yang terbuat dari pohon aren. Sarang ini disebut bendala.
Berbeda dengan Apis mellifera , Trigona tidak perlu dipelihara, karena pada dasarnya Trigona adalah lebah liar yang biasa hidup bebas di alam dan bisa mengurus seluruh kebutuhan hidupnya. Urusan nektar, polen, dan nutrisi  lainnya , anda tidak perlu repot. Trigona akan mencarinya sendiri. Anda juga tidak perlu cemas dengan ketersediaan pakan di alam karena kebutuhan pakan Trigona jauh lebih hemat dari lebah lainnya. Dengan ketersediaan sumber pakan yang minim , Trigona mampu bertahan dan tidak mudah kabur. Namun , ada hal yang harus anda perhatikan , yaitu ketersediaan pohon penghasil getah. Trigona lebih banyak  menghasilkan propolis dibanding madu. Oleh karena itu , lebah ini membutuhkan pepohonan yang menghasilkan getah. Jika di sekitar rumah anda banyak tumbuh pohon yang bergetah maka anda bisa membudidayakan Trigona.
 
Tidak perlu digembala
Lebah ternak , misalnya Apis mellifera membutuhkan sumber nektar dan polen yang melimpah sebagai pakan. Jika ketersediaan pakan ini tidak lagi memadai, peternak lebah akan memindahkan ke daerah lain yang jaraknya ratusan kilometer.  Dengan kata lain , kita harus menggembalakannya mengikuti siklus pembungaan tanaman sumber pakan. Jika anda menggembalakan sendirian, tentu tidak mungkin karena banyak kesulitannya. Anda harus membentuk kelompok peternak dan berbagi tugas. Dana yang terkuras untuk operasional penggembalaan juga tidak sedikit.
Hal sebaliknya justru terjadi pada Trigona. Karena Trigona bukan lebah penghasil utama madu maka kebutuhan nectar dan polen tidak terlalu besar. Dengan sumber pakan yang terbatas , ia masih bisa bertahan hidup. Berbeda dengan Apis mellifera , Trigona lebih banyak menghasilkan propolis. Itu artinya ia membutuhkan getah pohon dalam jumlah memadai. Dibandingkan dengan pembungaan, getah pohon tidak mengenal musim. Getah berbagai pohon tetap tersedia sepanjang hari selama pohon tersebut hidup. Oleh karena itu , anda tidak perlu menggembalakan ke tempat lain yang jauh.
 
Tidak perlu peralatan khusus
Untuk membudidayakan Apis mellifera , dibutuhkan sejumlah peralatan , misalnya masker, alat pengasap, pisau, sikat lebah, pengungkit, kotak eram, kotak kawin, kotak starter, polen trap, tempat air, cadangan makanan (feeder frame), serta ekstraktor. Namun , untuk Trigona , semua peralatan tersebut tidak diperlukan. Anda bisa membudidayakannya tanpa memiliki peralatan apapun. Trigona adalah lebah liar yang tidak manja. Gaya hidupnya sederhana.
 
Tidak perlu takut disengat
Trigona adalah lebah berukuran sangat kecil dan tidak memiliki sengat. Ketika anda membuka bendala untuk mengecek atau memanen propolis, anda tidak membutuhkan masker sebagai pelindung dan alat pengasapan untuk mengusirnya. Jika Trigona merasa terganggu , ia akan menggigit, tetapi gigitannya tidak menyakitkan. Trigona juga punya kebiasaan mengerumuni rambut di kepala seseorang yang dianggapnya mengancam keberadaan koloni. Saat itulah, Trigona mengeluarkan propolis yang lengket.
 
Kemudahan pengembangan koloni
Pengembangan koloni lebah Apis mellifera membutuhkan keterampilan khusus. Anda yang sudah mengikuti pelatihan pun belum tentu bisa melakukannya. Namun , mengembangkan koloni Trigona justru sebaliknya. Dengan hanya membaca artikel ini , anda bisa mengembangkan koloni Trigona dengan mudah. Langkah apa saja yang harus anda lakukan untuk mengembangkannya akan disajikan pada bagian berikutnya.
 
 
Produktivitas propolis lebih tinggi
Lebah Trigona memang tidak sepopuler Apis mellifera. Popularitas ini mengacu pada kemampuannya memproduksi madu. Tentu saja, produksi madu Trigona kalah jauh dibanding Apis mellifera. Namun , untuk urusan memproduksi propolis, Trigona boleh diacungi jempol.kemampuan Trigona dalam memproduksi propolis lebih tinggi dibanding Apis mellifera.
Fenomena ini terjadi secara alamiah. Trigona merupakan lebah berukuran mini dan tidak dilengkapi sengat. Dengan anatomi seperti itu , boleh dikatakan Trigona adalah lebah yang lemah. Oleh karena itu , sebagai bentuk pertahanan diri beserta koloninya, Trigona dianugerahi kemampuan memproduksi propolis. Propolis ini akan melindunginya dari ancaman predator dan hama lainnya. Jika Apis mellifera atau Apis lainnya disebut lebah madu. Maka , Trigona layak disebut lebah propolis.
 
Tahan hama penyakit
Pada lebah Apis mellifera , banyak dijumpai hama dan penyakit. Bagi yang berpengalaman budidaya lebah ini , persoalan hama dan penyakit sangat menyita perhatian. Hama yang biasa mengganggu Apis mellifera misalnya, tungau varroa jacobsoni, tungau varroa destructor, tungautropilaelaps clareae, ngengat lilin,cecak,dan kecoa. Sedangkan penyakit yang biasa menjangkitnya , yaitu American foulbrood, europaean foulbrood, chakbrood, stonebrood, dan sacbrood. Keberadaan hama dan penyakit tersebut perlu penanganan ekstra. Jika penanganan terlambat dan salah, bisa berakibat fatal. Satu koloni  bisa habis dan berpotensi besar menjalar ke koloni lain.
Pada lebah Trigona , yang terjadi justru sebaliknya. Karena sarang tertutup dengan lubang sempit, ditambah kondisi dalam sarang (cadangan madu,polen,dan royal jelly sedikit,serta dipenuhi propolis) maka cenderung hama dan penyakit Trigona sangat sedikit. Hama dan penyakit yang bisa ditemukan pada lebah Apis, tidak dikenal pada kehidupan lebah Trigona. Hama yang kadang ditemukan pada sarang Trigona adalah semut. Inipun jarang terjadi.
 
Tidak mengenal masa paceklik
Masa paceklik pada budidaya lebah Apis mellifera biasa terjadi. Bahkan, masa paceklik sudah merupakan rutinitas setiap tahun. Apalagi jika terjadi perubahan iklim, misalnya hujan hampir di sepanjang tahun, masa paceklik panjang adalah risiko yang harus dihadapi.
Pada masa paceklik, ketersediaan nectar dari alam menurun di bawah kecukupan bagi koloni lebah. Nectar adalah karbohidrat sumber energi kehidupan lebah. Jika karbohidrat ini lebih dari kebutuhan hidupnya, lebah mengubahnya menjadi madu. Para peternak biasa menyediakan gula agar lebah tetap bertahan hidup dan tidak kabur. Biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit. Bagi peternak lebah yang memiliki koloni besar, biaya untuk penyediaan gula bisa mencapai puluhan juta rupiah dalam semusim pengembalaan (sekitar 6 bulan).
Sebenarnya, paceklik bukan hanya disebabkan ketersediaan nectar yang tidak cukup, tetapi juga polen. Senyawa tergolong senyawa protein yang digunakan oleh lebah untuk pertumbuhan dan perkembangan koloni. Sumber polen terbaik adalah bunga jagung. Jika ketersediaan polen minim maka pertumbuhan dan pertambahan koloni terhambat, bahkan terhenti. Sayangnya, berbeda dengan nectar yang bisa diganti dengan gula , polen sulit digantikan.
Kesulitan rutin yang biasa terjadi saat masa paceklik pada lebah Apis mellifera, tidak terjadi pada lebah Trigona. Mengapa ?
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhinya. Pertama, Trigona adalah lebah berbadan mini. Oleh karena itu , kebutuhan terhadap nectar dan polen tidak sebesar Apis mellifera. Kedua, Trigona bukanlah lebah yang hobi memproduksi madu, otomatis tidak membutuhkan nectar dalam jumlah yang banyak. Ketiga, Trigona mampu mengambil nectar dari berbagai bunga yang berukuran kecil, seperti bynga pada tanaman semak dan rerumputan. Bunga yang seperti ini sulit diambil nectarnya bagi Apis mellifera. Dengan kata lain, sumber nectar bagi Trigona jauh lebih beragam dan luas dibanding Apis mellifera. Keempat , Trigona lebih suka memproduksi propolis. Modal untuk membuat propolis adalah air liurnya sendiri ditambah getah dari pepohonan. Getah relatif tersedia sepanjang tahun, sedangkan bunga (sumber nectar dan polen) bersifat musiman.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan di atas , jelaslah bahwa tidak ada masa paceklik bagi Trigona. Sungguh mengagumkan!
 
Keuntungan menggiurkan
Bagi anda yang tertarik untuk membudidayakannya, pertanyaan yang lazim dilontarkan adalah soal keuntungan. Mari kitsa bandingkan budidaya Apis mellifera dengan Trigona.
Pertama, modal. Untuk memulai budidaya Apis mellifera, modal yang harus dikeluarkan cukup besar. Anda harus mengeluarkan biaya pembuatan kandang (stup), pembelian koloni, pembelian gula untuk masa paceklik,biaya migrasi , dan biaya penggembalaan. Sebaliknya modal untuk budidaya Trigona sangat kecil. Hanya untuk pengadaan bendala (ruas bambu) dan koloni, biaya lain tidak ada. Bahkan , bagi anda yang tinggal di daerah sekitar hutan dan banyak bambu, cukup bermodal tenaga dan kemauan. Anda bisa memperoleh bamboo dan koloni dari alam dalam jumlah banyak.
Kedua, risikoRisiko pada budidaya Apis mellifera sangat besar. Risiko ini bersumber dari hama dan penyakit, masa paceklik, dan sifatnya yang mudah kabur. Pada Trigona, risikonya sangat kecil. Hama dan penyakit hamper tidak ada, tidak mengenal masa paceklik, dan tidak mudah kabur.
Ketiga, hasil penjualanProduk utama Apis mellifera adalah madu. Harga madu ditingkat peternak kisaran dibawah 50 ribu / kg. Bandingkan dengan harga propolis di tingkat peternak kisaran dibawah 400 ribu/kg. Jika anda mau menjual madunya, madu Trigona juga lebih mahal dibanding madu Apis mellifera. Anda bisa menghitung sendiri, hasil penjualan produk Apis mellifera atau Trigona yang lebih baik.
Dari ketiga sisi yang telah diuraikan , pastinya agribisnis Trigona jauh lebih menggiurkan dibandingApis mellifera.
 
(Keajaiban Propolis Trigona, Mahani, A. Karim dan Nunung Nurjanah, Pustaka Bunda, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar