Tidak disangsikan lagi, Lebah Trigona (Stingless Bee) merupakan mahluk mini yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita dan alam sekitarnya. Keberadaannya memang tidak tersebar ke seluruh penjuru dunia, menurut Sakagami (1982) lebah tak bersengat yang spesiesnya berjumlah ratusan hanya hidup di negara-negara yang dilalui Garis Khatulistiwa sebagaimana pada gambar peta penyebaran.
Claus Rasmussen dan Sydney A. Cameron dalam jurnalnya menyatakan distribusi penyebaran meliponini (nama lain trigona) di dunia diketahui terbagi dalam beberapa kelompok regional yaitu Afrotropical, Neotropical, Indo-Malayan dan Australasian. Tentunya Indonesia berada dalam regional Indo-Malayan. Claus Rasmussen & Sydney A. Cameron et al. (2006)
Diketahui bahwa dalam Buletin American Museum of Natural History (AMNH) Indonesia menyimpan sebanyak 37 spesies trigona terdiri dari beberapa sub genus (genera) diantaranya yaitu Pariotrigona, Tetragona, Tetragonula, Heterotrigona, Sundatrigona, dan lain-lain. Namun demikian sampai saat ini Indonesia belum mempublikasikan spesies-spesies apa saja yang kita miliki sebagai kekayaan hymenopetra bangsa kita.
Di negara-negara luar sana, eksplorasi, penelitian dan studi terhadap trigona cukup mendapatkan ruang dan perhatian penting, hal itu terlihat dari banyaknya publikasi studi baik berupa jurnal, buletin, artikel maupun buku. Hasil dari eksplorasi tersebut kemudian dijadikan rujukan oleh seluruh masyarakat dunia dalam melestarikan dan mengusahakan lebah trigona sebagai salah satu hewan yang layak diternakkan.
Bagaimana dengan kita? Nyaris semua hasil penemuan spesies-spesies trigona yang ada di Negeri kita ditemukan oleh Ilmuan luar, hal itu terlihat dari penamaan spesies yang menyertakan nama penemunya diantaranya yaitu:
Nama/Spesies
|
Nama Penemu
|
Tahun
|
Trigona Apis spinipes
|
Fabricius
|
1793
|
Guérin-Méneville
|
1845
| |
Trigona carbonaria
|
Frederick Smith
|
1854
|
Trigona (Heterotrigona) iridipennis
|
Frederick Smith
|
1854
|
Trigona Laeviceps
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona (Heterotrigona) thoracica/
Trigona borneensis
|
Frederick Smith/
Friese
|
1857/
1933
|
Trigona collina
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona (Heterotrigona) apicalis
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona canifrons
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona atripes
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona nitidiventris
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona (Lepidotrigona) ventralis
|
Frederick Smith
|
1857
|
Trigona (Lepidotrigona) terminata
|
Frederick Smith
|
1878
|
Trigona apicalis var peninsularis
|
Cockerell
|
1927
|
Trigona apicalis var binghami
|
Herbert F Schwarz
|
1937
|
Trigona (Sundatrigona) moorei
|
Herbert F Schwarz
|
1937
|
Trigona melina
|
Gribodo
|
1893
|
Trigona biroi
|
Friese
|
1898
|
Trigona fuscobalteata
|
Cameron
|
1908
|
Trigona sapiens
|
Cockerell
|
1911
|
Trigona (Heterotrigona) itama
|
Cockerell
|
1918
|
Trigona (Tetragonula) geissleri
|
Cockerell
|
1918
|
Trigona hockingsi
|
Cockerell
|
1929
|
Trigona (Heterotrigona) melanoleuca
|
Cockerell
|
1929
|
Trigona sarawakensis
|
Herbert F Schwarz
|
1937
|
Trigona (Tetragona) fuscobalteata var pagdeni
|
Herbert F Schwarz
|
1939
|
Trigona (Tetragonula) minangkabau
|
Sakagami and Inoue
|
1985
|
Trigona (Heterotrigona) incisa
|
Sakagami and Inoue
|
1989
|
(Di olah dari berbagai sumber)
Sebuah jurnal ilmiah Hasil eksplorasi lebah trigona di Hutan Pendidikan Lampake Samarinda Kalimantan Timur beberapa waktu lalu yang telah diterbitkan oleh Universitas Mulawarman (April 2012), dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa jenis Lebah Kelulut (trigona) yang berhasil ditemukan yaitu sebanyak 9 (sembilan) spesies yaitu : T. Apicalis, T. Drescheri, T. Fuscibasis, T. Fuscobalteta, T. Incisa, T. Itama, T. Laeviceps, T. Melina, dan T. Terminata. Hal tersebut tentunya memberikan gambaran bahwa spesies trigona di Kalimantan sudah berkurang karena berdasarkan catatan Herbert T. Schwarz dalam Buletin American Museum of Natural History terbitan 1940 menyebut di Borneo ada 31 spesies trigona yang ditemukan.
Sebuah Majalah Pertanian “Trubus” edisi 490 terbit bulan September 2010 memberikan catatan bahwa berdasarkan data sebaran spesies trigona di Indo-Malaya diketahui bahwa Jawa menyimpan 9 spesies, Kalimantan 31 spesies, Sumatera 18 spesies dan Sulawesi 2 spesies. Sementara itu berdasarkan hasil eksplorasi terbaru menunjukan di Sumatera ditemukan trigona 26 spesies (+8) dan di Sulawesi 6 spesies (+4) [Trubus 490 – September 2010], sayangnya data hasil eksplorasi tersebut sulit ditemukan atau barangkali tidak dipublikasikan, padahal hal tersebut sangat penting bagi kepentingan pengembangan pengetahuan dan upaya kajian-kajian ilmiah selanjutnya.
Bila memperhatikan hasil eksplorasi terbaru di atas tentunya merupakan kabar baik untuk kita, bahwa terjadi peningkatan jumlah spesies yang ditemukan di beberapa pulau di Indonesia. Eksplorasi, penelitian dan studi perlu terus dilakukan karena sangat penting bagi kemajuan bangsa.
Tulisan ini semoga membangkitkan semangat kita untuk melakukan eksplorasi terhadap keberadaan dan keberagaman lebah trigona di negeri kita tercinta.
mantp potingya gan,jdi tertrik untk memperbnyak twon klanceng,kbtulan di daerhku msih bnyk twon klanceng berbge jnis
BalasHapusalamatnya?
BalasHapus